BURUH SUARAKAN REVOLUSI “Kapitalisme Monopoli Sedang Menuju Kehancurannya”
Fawer Full Fander Sihite |
Di dalam sejarah panjang perjuangan Kaum Buruh di Republik Indonesia pada tahun Agustus 1920 Pemogokan buruh gula serta, Pemogokan buruh pegadaian bulan Januari 1922 dan Pemogokan buruh kereta-api bulan Mei 1923. Pemberontakan kaum tani tahun 1926-1927. Juga di Sumatera Timur pada permulaan September 1920 timbul pemogokan di kalangan kaum buruh kereta api DSM (Deli Spoor Maatschappij), yang juga menuntut kenaikan upah. Aksi mogok ini juga menjalar sampai kepada buruh BPM (Bataafse petroleum Maatschappij) di Pangkalan Brandan. Dengan dipenuhinya tuntutan buruh, segera pemogokan berhenti. Keadaan upah kaum buruh dalam tahun krisis 1922 adalah sangat buruk. Ini menyebabkan timbulnya desakan yang sangat keras dari kaum buruh untuk mengadakan pemogokan. Dan pada tahun 1922 Tan Malaka di keluarkan dari pemerintahan Hindia Belanda yang berhubung dengan pemogokan Buruh Pengadaian.
Demonstrasi Massa Aksi |
Lenin memang mengatakan, bahwa “kapitalisme monopoli sedang menuju kehancurannya”, tetapi ini tidak berarti bahwa ia akan hancur sekaligus seluruhnya. Kehancuran sekaligus adalah tidak mungkin, karena perkembangan daripada imperialisme sendiri adalah tidak sama. Dan ini pulalah yang memungkinkan adanya sosialisme di satu negeri atau di beberapa negeri, walaupun di bagian-bagian lain dari dunia masih bercokol sistem kapitalisme.
Simak Juga: Lenin, Sang Revolusioner dari Rusia
Simak Juga: Lenin, Sang Revolusioner dari Rusia
Dengan melihat penyataan Lenin di atas saya menjadi terpikir apakah menyebabkan imperialis Amerika menjadi nekat untuk mendapatkan daerah pasar dan daerah bahan mentah yang sekarang sudah dikuasai oleh Rakyatnya sendiri atau dikuasai oleh negeri-negeri kapitalis yang lain dan apakah ini yang menyebabkan Amerika akan memelopori persiapan perang dunia ketiga, dikarenakan dengan menggunakan pendekatan Kapital sudah pasti akan semakin mengemukkan personal bukan membicarakan kesejahteraan komunal sehingga mereka sudah merasa terancam dan di ambang kehancuran. Namun Indonesia yang kita lihat pada saat ini masih asing dengan ke-Kepitalisannya di bawah ketiak Amerika, dan mungkin ancaman-ancaman Amerika masih menina bobokkan para kaum Borjuis Indonesia.
Dengan melihat penjelasan diatas perjalanan sejarah panjang Kaum Buruh di Indonesia sudah saatnya “Kaum Buruh Mengalang Kekuatan” beranjak dari ketertindasan yang ada, menyatukan keresahan mulai dari system Autsorsing, PP 78 tentang upayah rendah, Kriminalisasi Buruh, Jaminan Kesehatan & Keselamatan, dan banyak hal lainnya lagi yang menjadi skala perjuangan Buruh nantinya pada May Day 2017, namun yang menjadi pertanyaan apakah May Day 2017 hanya sebagai ajang turun kejalan teriak-teriak dan melakukan seremonial lainnya, bukankah sudah begitu lama sebenarnya Kaum Buruh menginginkan Revolusi agar terjadinya sebuah perubahan pada tatanan perekonomian dan sosial Masyarakat. Dengan memperhatikan kekuatan Kaum Buruh di Indonesia merupakan sebuah kekuatan yang sudah lama di “nina bobo” oleh kaum-kaum Borjuis, baik dari beberapa pimpinan-pimpinan organisasi Kaum Buruh yang masih bermental “Tempe” sehingga tidak berani “angkat tangan dan katakan kita harus melakukan Revolusi”.
Jika perjuangan May Day 2017 hanya sebatas menikmati hari libur karena hari buruh Internasional, hal itu tidak akan mengubah apa pun melainkan hanya menghasilkan sampah usai acara atau menghasilkan kelelahan tubuh, dan bahkan hanya menguntungkan para elit kapitalis yang senang dengan acara heuporia dari kegiatan May Daya, sudah saatnya Kaum Buruh “Stop Kegiatan Seremonial” belaka karena itu hanya hanya menghabiskan waktu, kita menyakini Kaum Buruhlah yang harus menentukan nasip mereka, bukan Kaum-kaum Borjuis yang pasti akan bermuara pada pengalian jurang si Kaya dan Simiskin agar lebih dalam lagi. Saya tidak mengatakan Kaum Buruh untuk merebut kekuasan pemerintahan namun ada sebuah gerakan yang di bangun secara Nasional di Indonesia dan menghasilkan sesuatu yang bertujuan untuk kesejahteraan Buruh sehingga May Day tidak hanya berlalu begitu saja seperti merayakan hari-hari lainnya di Republik ini yang hanya seremonial juga.
Revolusi |
Saat ini saya melihat bahwa ada drama baru yang sedang di rencanakan, dimana para control sosial saat ini sedang di control oleh kaum Burjuis sehingga ketika kelompok-kelompok control sosial ini melakukan sebuah gerakan akan terlihat bahwa mereka di control oleh kaum Burjuis, sehingga akan menghasilkan stikma yang buruk atau tidak percaya kepada “kaum Kontrol Sosial yang pada umumnya kalangan Mahasiswa”, dan akan menimbulkan konflik horizontal yang berkelanjutan di Internal organisasi mahasiswa, dan berdirilah seorang pahlawan yang akan mengatakan “organisasi mahasiswa tidak dapat di percayai lagi” sehingga kaum Borjuis akan lebih tenang lagi duduk di kursinya masing-masing, dengan demikian saya menilai saat ini gerekan Revolusi harus di mulai dari Kaum Buruh di karenakan persoalan yang dihadapi Kaum Buruh akan lebih mudah memupuk persatuan Buruh untuk saling berjuang.
Mohon maaf jika ada penulisan kata-kata, dan mohon maaf jika ada pernyataan yang tidak sesuai dengan cara berpikir saudara.
Salam Revolusi, May Day 2017
Fawer Full Fander Sihite
(Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana)
Comments
Post a Comment