Perihal Distribusi Guru di Indonesia Yang Belum Teratasi

Perihal Distribusi Guru di Indonesia Yang Belum Teratasi

Pada 21 November 2016 lalu, headline harian Kompas memberitakan  tentang persoalan distribusi guru yang berjudul “Distribusi Guru Belum Teratasi”. Pada intinya yang mau disampaikan dalam berita itu ialah perihal kesenjangan distribusi guru di Indonesia. Ada daerah yang jumlah gurunya berlebih, dan banyak pula daerah lain yang justru sangat kekurangan guru.

Kesenjangan distribusi guru ini, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.  

Perihal Distribusi Guru di Indonesia Yang Belum Teratasi
Perihal Distribusi Guru di Indonesia Yang Belum Teratasi
Dari segi kuantitas guru, secara nasional jumlah guru di Indonesia berlebih. Hal ini dapat kita lihat melalui data Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Data Pokok Pendidikan (Dapokdik), tercatat bahwa jumlah guru di Indonesia sekitar 2.217.161 guru. Jumlah ini belum mencakup data guru produktif (guru kompetensi keahlian) SMK.

Masih terkait Dapokdik, jumlah guru yang seharusnya dibutuhkan mulai dari tingkat SD, SMP, serta SMA/SMK adalah 2.079.220 orang. Maka dari jumlah yang dibutuhkan dengan jumlah yang ada, maka sebenarnya jumlah guru di Indonesia berlebih sekitar 130.000 –an. Inilah yang menjadi kesenjangan distribusi guru yang dimaksud. Jumlah guru secara umum sudah memadai, tetapi pemerataannya untuk seluruh daerah belum teratasi.


Mengapa Terjadi Kesenjangan Distribusi Guru?

Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud membuat kesimpulan bahwa hal ini terjadi dikarenakan pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengangkat guru di tingkat kabupaten/kota. Namun, sayangnya pengangkatan guru tidak disertai dengan pendistribusian guru yang baik. Akibatnya, di dalam satu provinsi atau kabupate/kota, ada beberapa daerah yang kelebihan guru, tetapi daerah lain malah kekurangan guru.   

Di Jawa Barat, misalnya, terjadi  kelebihan guru tingkat SD. Kebutuhan tenaga pengajar SD pada tahun 2016 sebanyak 134.886 guru, sedangkan jumlah guru yang ada sebanyak 145.482 orang. Dengan demikian terjadi kelebihan guru yang sangat banyak, 10.596 orang. Hal serupa juga terjadi di beberapa daerah lainnya. Namun, ada pula daerah yang mengalami permasalahan sebaliknya.


Distribusi Guru di Papua

Perihal Distribusi Guru di Indonesia Yang Belum Teratasi
Guru di Papua
Persoalan distribusi guru di Papuan tentu akan kontras perbedaannya dengan Jawa Barat yang kelebihan guru SD, Papuan malah mengalami kekurangan banyak guru/tenaga pengajar SD. Provinsi Papua membutuhkan 4.586 guru SD, namun tenaga pengajar yang tersedia hanya 4.159 orang. Itu artinya Papua kekurangan guru 427 orang.

Dinas Pendidikan Provinsi Papua tahun lalu menyatakan bahwa Papua secara keseluruhan kekurangan guru sekitar 800 tenaga guru. Kekurangan guru ini terjadi di pinggiran Jayapura hingga wilayah pegunungan dan pesisir yang susah untuk dijangkau. Kesulitan ini biasanya menyangkut infrastruktur, jaringan komunikasi dan transportasi yang minim.

Contoh nyata kekurangan guru di Papua dapat kita lihat dalam keseharian proses belajar mengajar di SD, SMP Satu Atap, di Kampung Moso, Jayapura, yang berbatasan dengan Papua Niugini. Di sekolah ini hanya ada lima tenaga pengajar. Fiana Manggaprouw, guru SD-SMP Satu Atap pernah menceritakan pengalamannya, “sehari, saya mengajar empat hingga lima kelas di dua sekolah (SD dan SMP) itu. Biasanya saya member tugas mencatat bagi para murid di kelas. Setelah itu saya langsung mengajar di kelas lain”, tutur Fiana.

Kesenjangan guru terjadi pula di SMK Negeri 10 di Distrik Heram, Jayapura. Guru Widy Arsih menceritakan, selain mengajar di Jurusan Teknik Pendingin, dirinya juga bertugas sebagai pengelola kepustakaan dan laboratorium. “ Idealnya, guru kejuruan focus mengajar siswa. Namun, karena sekolah kekurangan tenaga, saya juga harus jadi kepala bengkel di laboratorium”, ungkapnya.

Guru lain, di SMKN 10 Jayapura, Viktor Lefta mengungkapkan dirinya tak hanya mengajar mata pelajaran IPA, tetapi juga disibukkan menjadi bendahara yang mengurus laporan pengeluaran sekolah. Viktor menjabat pula sebagai Wakil Kepala Sekolah  Bidang Kurikulum.

Dari uraian diatas, dapat kita gambarkan dengan jelas bagaimana kesenjangan distribusi guru Indonesia yang belum teratasi sampai saat ini.


Perekrutan Guru di Indonesia

Angka kelebihan guru di Indonesia diperkirakan bisa lebih besar lagi karena jumlah guru di lapangan masih lebih banyak daripada jumlah tenaga pengajar yang telah terdaftar di Dapodik. Hingga saat ini, tercatat Sekjen Kemdikbud, bahwa ada guru 2. 922.826 orang.

Ada pengangkatan guru baru sebanyak 1.061.500 orang setelah diberlakukannya Undang-undang Guru dan Dosen tahun 2005. Namun, pengangkatan guru yang berkualifikasi D-IV/S-1 tetap terjadi, bahkan lebih banyak, sekitar 40 persen. Adapun tambahan guru honorer/guru tidak tetap mencapai 622.000 orang. Sedangkan untuk guru tetap tetap terjadi kekurangan yang besar. Kebutuhan guru tetap di SD, SMP dan SMA/SMK sebanyak 550.604 guru. Akibatnya, sekolah-sekolah negeri hampir pasti memiliki guru honorer/guru tidak tetap.

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Mohammad Abduhzen mengatakan bahwa dalam system pendidikan di Indonesia, gur termasuk factor penentu yang dominan dalam proses belajar mengajar. Namun, sayangnya persoalan guru tidak dilihat secara menyeluruh. Perekrutannya tidak terkontrol, termasuk juga distribusi serta penyiapan guru di lembaga pendidikan, menjadi masalah krusial yang harus segera dibenahi.

Demikianlah pembahasan informasi pendidikan tentang Distribusi Guru Yang Belum Teratasi

Referensi:

Harian Kompas, 21 November 2016

Simak Juga:



Comments

Popular posts from this blog

Cai Lun (Ts'ai Lun) inventor of Paper Materials

Gutenberg johan printing press Inventor

Peran Sastra Dalam Revolusi