Mohammad Hatta Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia

Mohammad Hatta Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia
Mohammad Hatta Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia

Mohammad Hatta atau sering dipanggil Bung Hatta adalah tokoh Indonesia yang tidak bisa dipisahkan dalam sejarah perjuangan dan kemerdekaan Indonesia. Tanpa mengenal atau mengetahui Mohammad Hatta dan pemikirannya, boleh kita katakan pengetahuan kita akan sejarah kemerdekaan Indonesia belumlah lengkap.  Ia adalah salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia. Selama hidupnya, ia telah mengabdikan dirinya untuk mengupayakan bebasnya Indonesia dari penjajahan bangsa Belanda dan Jepang.

Siapa itu Mohammad Hatta?

Mohammad Hatta mempunyai intelektual dan pengalaman yang kuat. Berkat intelektual dan kecintaannya terhadap Tanah Air Indonesia, ia berani melawan kesewenang-wenangan kaum penjajah . Mohammad Hatta merupakan pejuang kemerdekaan bersama Soekarno. Hatta dan Soekarno adalah dwitunggal dalam perjuangan mereka. Bung Hatta, selain sebagai pejuang kemerdekaan, ia juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor kooperasi dan wakil presiden pertama Republik Indonesia.

Biografi Mohammad Hatta

Mohammad Hatta adalah tokoh yang berasal dari Sumatera Barat. Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia.  Kiprahnya di bidang politik dimulai saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) cabang kota Padang. Saat itu Bung Hatta menjalani pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lagere School ), sekarang MULO itu setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hanya saja ketika MULO masih menggunakan bahasa Belanda.

Kemudian, jabatan yang mengandalkan kejujuran dan ketelitian itu, diteruskan Hatta ketika ia berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di Prins Hendrik School (Sekolah Menengah Dagang). Minatnya pa bidang ekonomi, dan juga kooperasi terus terlihat melalui berbagai karangan dan bukunya. Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat saat Hatta sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. Secara berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya untuk terjun dalam dunia politik.

Sampai tahun 1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda. Ia bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar Tanah Air yang ada di Belanda, Indische Vereniging. Mulanya, organisasi tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan para pelajar, namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipti Mangunkusumo) bergabung dengan Indische Vereniging yang kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesi (PI).

Di Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karier di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Saat terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, Hatta menyerukan pidato inagurasi yang berjudul “Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan”. Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif. Berkat kemampuannya dalam memimpin , berturut-turut ia terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.

Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasional India, Jawaharhal Nehru.

Karena aktivitas politik Hatta pada organsasi ini menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo dan Abdul Madjid Djojodiningrat. Kemudian ia dibebaskan setelah berpidato dengan pidato pembelaan yang berjudul “Indonesia Free”.
Selanjutnya, pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah berjuang untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan melakukan pelatihan-pelatihan.

Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Pengasingan Soekarno ini menuai reaksi keras dari Hatta. Ia mulai menulis mengenai pengasingan Soekarno pada berbagai media. Sebagai akibatnya, pemerintah colonial Belanda mulai memusatkan perhatian kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia dan menangkap para pimpinan partai, yang kemudian diasingkan ke Digul, Papua.

Pada masa pengasingan di Digul, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia juga rajin membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-temannya. Selanjutnya, pada tahu 1935 saat pemerintahan colonial Belanda berganti, Hatta dan Sjahrir dipindahlokasikan ke Bandaneira. Di sanalah, Hatta dan Sjahrir member pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik dan lain-lain.

Setelah 8 tahun diasingkan, Hatta Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Selang satu bulan kemudian, pemerintah colonial Belanda menyerah kepada Jepang. Dengan kekalahan colonial Belanda, saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Jakarta.

Pada awal Agustus 1945, nama BPUPKI berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan Soekarno sebagai ketua dan Hatta sebagai wakil ketua. Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, PPKI mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni.

Pada tanggal 17 agustus 1945 di jalan Pengangsaan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.

Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah tersiar sampai ke Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah bangsa Indonesia. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir dengan kegagalan karena kecurangan Belanda.

Pada juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum oleh PBB. Banyaknya kesulitan yang dialami oleh rakyat Indonesia memunculkan aksi pemberontakan oleh PKI, sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan di Bangka. Selanjutnya kepemimpinan perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

Akhirnya, perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 Desember 1949, Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia sebagai sebuah Negara yang merdeka. Kemudian, setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif memberikan ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Selain itu, Hatta juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan kooperasi. Ia juga aktif membimbing gerakan kooperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya.

Hatta, Bapak Kooperasi Indonesia

Pada tanggal 21 Juli 1951, Bung Hatta menyampaikan pidato di radio untuk menyambut Hari Kooperasi di Indonesia. Karena besarnya pengaruh Hatta dalam gerakan kooperasi, maka pada 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Kooperasi Indonesia pada Kongres Kooperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Hatta mengenai kooperasi dapat kita lihat melalui bukunya yang berjudul “Membangun Kooperasi dan Kooperasi Membangun” (1971).

Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka dikaruniai tiga orang putrid, yakni Meutia, Gemala dan Halida.


Perhatian bung Hatta yang begitu dalam kepada penderitaan rakyat kecil mendorongnya untuk mempelopori Gerakan Kooperasi yang pada prinsipnya bertujuan untuk memperbaiki nasib kaum miskin dan kelompok ekonomi lemah. Disinilah letak kebesaran pengabdian Hatta terhadap bangsa Indonesia dalam memajukan perekonomian rakyat.

Pada tanggal 14 Maret 1980 di RSUD dr. Ciptomangunkusumo, Hatta pun wafat. Berkat perjuangannya yang begitu besar, Hatta mendapat anugerah tanda kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” yang diberikan oleh Presiden Soeharto.

   

Comments

Popular posts from this blog

Cai Lun (Ts'ai Lun) inventor of Paper Materials

Learn the world Educational version (UNESCO)

Gutenberg johan printing press Inventor